Ilmuwan Penemu Nasib Alam Semesta Sabet Nobel
Tiga orang ilmuwan, Saul Perlmutter, Brian P., dan Adam G. Riess, berbagi Anugerah Nobel bidang fisika tahun 2011 atas penemuan alam semesta yang berkembang semakin cepat. Ketiganya meraih hadiah uang sebesar US$ 1,4 juta.
"Ilmuwan ini menemukan bahwa alam semesta berakhir beku seperti es," tulis komite Anugerah Nobel dalam siaran pers hari ini, Selasa 4 Oktober 2011.
Ketiga ilmuwan ini melakukan penelitian terpisah terhadap belasan ledakan bintang (supernova) di kedalaman langit. Pada 1998 mereka mengungkap hasil pengamatan yang dilakukan. Hasil tersebut mengejutkan dunia kosmologi karena semakin besar jarak alam semesta yang dilihat semakin cepat galaksi-galaksi menjauh.
Temuan ini merupakan lanjutan dari ilmuwan Edwin Hubble pada paruh pertama abad lalu yang menyebutkan alam semesta mengembang. Temuan tersebut masih menyisakan tanda tanya mengenai nasib alam semesta, apakah alam semesta akhirnya runtuh atau terus mengembang semakin cepat. "Anugerah ini membuat lutut saya gemetar," ujar salah seorang peraih Nobel bidang fisika, Brian P. Schmidt, dalam sesi wawancara dengan komite Nobel.
Lalu apakah yang menyebabkan alam semesta mengembang semakin cepat? Penelitian berikutnya menyebutkan energi gelap (dark energy) sebagai biang keladinya. Energi ini menguasai 70 persen materi di alam semesta. Energi gelap sudah ada dalam kertas coretan Albert Einstein saat mempelajari alam semesta. Ketika itu Einstein membuang faktor energi gelap dari persamaan. Belakangan Einstein menyebut penghapusan ini sebagai kesalahan terbesar yang pernah dilakukannya.
Kini setelah 13 tahun ditemukan pengembangan alam semesta yang semakin dipercepat akibat energi gelap mendapat posisi prestisius dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
[Sumber : Tempo, 4 Oktober 2011]
"Ilmuwan ini menemukan bahwa alam semesta berakhir beku seperti es," tulis komite Anugerah Nobel dalam siaran pers hari ini, Selasa 4 Oktober 2011.
Ketiga ilmuwan ini melakukan penelitian terpisah terhadap belasan ledakan bintang (supernova) di kedalaman langit. Pada 1998 mereka mengungkap hasil pengamatan yang dilakukan. Hasil tersebut mengejutkan dunia kosmologi karena semakin besar jarak alam semesta yang dilihat semakin cepat galaksi-galaksi menjauh.
Temuan ini merupakan lanjutan dari ilmuwan Edwin Hubble pada paruh pertama abad lalu yang menyebutkan alam semesta mengembang. Temuan tersebut masih menyisakan tanda tanya mengenai nasib alam semesta, apakah alam semesta akhirnya runtuh atau terus mengembang semakin cepat. "Anugerah ini membuat lutut saya gemetar," ujar salah seorang peraih Nobel bidang fisika, Brian P. Schmidt, dalam sesi wawancara dengan komite Nobel.
Lalu apakah yang menyebabkan alam semesta mengembang semakin cepat? Penelitian berikutnya menyebutkan energi gelap (dark energy) sebagai biang keladinya. Energi ini menguasai 70 persen materi di alam semesta. Energi gelap sudah ada dalam kertas coretan Albert Einstein saat mempelajari alam semesta. Ketika itu Einstein membuang faktor energi gelap dari persamaan. Belakangan Einstein menyebut penghapusan ini sebagai kesalahan terbesar yang pernah dilakukannya.
Kini setelah 13 tahun ditemukan pengembangan alam semesta yang semakin dipercepat akibat energi gelap mendapat posisi prestisius dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
[Sumber : Tempo, 4 Oktober 2011]
Post a Comment